Saya (Pojok Kiri Bawah) dengan Teman2 Sekelas SMA |
Nama saya Muhammad Razardi Bhawika, biasa di panggil Afin. Aneh bukan? Nama panggilan saya sedikitpun tidak terdapat di dalam nama lengkap saya. Bukan karena ingin terlihat beda, tapi nama tersebut memiliki sejarah "singkat", bisa dibilang begitu, karena hanya terbentuk dalam beberapa hari. Nah, begini ceritanya, saya lahir di Semarang tanggal 21 Februari 1995 alhamdulillah dengan kondisi yang sempurna. Pada saat itu orang tua saya tidak menyiapkan nama untuk bayi laki-laki, mereka berdua hanya menyiapkan nama untuk bayi perempuan. Ahh.. secara halus saya adalah anak laki-laki yang tidak diharapkan. Kembali ke masalah nama, pada saat itu kedua orang tua saya secara cepat langsung membentuk "Panitia" khusus pencariaan nama untuk saya, seorang bayi laki-laki yang secara halus tidak diharapkan kehadirannya.
Singkat cerita, dari berbagai sumber mereka memiliki 2 pilihan nama, yang pertama adalah Muhammad Aswin Nauval dengan nama panggilan Afin, yang kedua adalah Muhammad Razardi Bhawika. Lalu, Dilakukanlah pemungutan suara yang memenangkan Nama dengan nomor urut 1, Muhammad Aswin Nauval, dengan perolehan suara lebih dari 90%. Jadi, dari pemelihan nama tersebut, kebanyakan keluarga saya memilih Muhammad Aswin Nauval, hanya Kakek saya yang memilih Muhammad Razardi Bhawika. Nah, berdasarkan pemungutan suara tersebut jadilah saya memiliki nama Muhammad Aswin Nauval dengan panggilan Afin. Tapi, tepat seminggu kemudian, Kakek saya kesehatannya menurun dan akhirnya meninggal. Untuk menghormati beliau yang sebelumnya bersikeras agar saya memiliki nama Muhammad Razardi Bhawika, maka keluarga saya menganggapnya sebagai permohonan terakhir beliau dan menamai saya sesuai keinginan beliau yaitu Muhammad Razardi Bhawika tapi dengan nama panggilan tetap dari nama sebelumnya, Afin. Begitulah sejarah singkat tentang nama saya.
Masih tentang saya, di jaman modern ini menetap disuatu tempat dengan rumah permanen, berkeluarga, dan saling mengenal tetangga sekitar dalam waktu yang lama adalah suatu hal yang biasa. Tidak dengan saya, bisa dikatakan saya adalah salah satu dari sedikit masyarakat Indonesia yang hidupnya "nomaden" atau berpindah-pindah. Rata-rata lama saya tinggal disuatu tempat adalah 2,5 taun, selama ini seperti itu. Berawal saya lahir di semarang, saat akan sekolah TK-A atau biasa dikenal dengan kelas nol-kecil saya pindah ke Tanggul, Kab. Jember - Jawa Timur. Hanya berselang satu taun, saya melanjutkan TK-B/nol-Besar di Kalimantan tengah, Pangkalanbun tepatnya. Di Pangkalanbun saya cuma tinggal selama 2 tahun dengan suasana yang mencekam karena saya merasakan peristiwa Sampit, dimana ada perselisihan antara suku Dayak dan Madura. Saat itu saya kelas 1 SD, selama peristiwa itu saya dan keluarga tidak bisa tidur tenang karena setiap malam harus berkumpul di tempat yg jauh dari jalan utama berkumpul dengan keluarga besar. Semua lelaki di keluarga saya yang sudah dewasa atau 17 tahun ke atas dibekali masing-masing satu buah pedang, untuk berjaga jaga karena keluarga saya adalah keturunan Madura. Singkat cerita kluarga saya mondar mandir mengungsi dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke jogja saat saya akan naik ke kelas 2 SD. Di jogja saya sangat merasakan hidup tenang, damai, karena tidak dihantui rasa takut akan akan kerusuhan seperti yang terjadi di Kalimantan Tengah. Saya di jogja hanya tinggal selama 3 tahun, dan harus pindah ke Balikpapan - Kalimantan Timur mengikuti orang tua saya yg pindah dinas. Sayangnya di Balikpapan saya hanya tinggal 1 semester dan berpindah lagi ke Sidoarjo. Di Sidoarjo saya hanya tinggal selama 1 setengah taun, sampai saat saya lulus SD. Setelah lulus SD di Sidoarjo, saya melanjutkan SMP di Tanggul. Lalu, saat SMA saya pindah ke Jember, karena saya diterima di SMAN 1 Jember. Disinilah awal mula saya belajar hidup Mandiri, walaupun saat di Tanggul saya sudah jauh dari orang tua, tapi di sana masih ada Nenek yang membantu saya. Nah, di SMA ini saya benar-benar belajar hidup mandiri, mulai mengatur waktu kegiatan, makan, sampai keuangan sayapun harus diatur sendiri. Awalnya saya sempat merasakan penderitaan anak kos saat akhir bulan karena belum bisa mengatur waktu dan keuangan dengan baik, tapi lambat laun saya jadi terbiasa dan sekarang dengan mudahnya saya bisa menabung dengan apa yg diberikan oleh orang tua saya, walaupun hanay diberi pas-pasan. Akhirnya masa-masa indah di SMA selesai dan saya melanjutkan kuliah pendidikan dokter di salah satu Universitas Swasta yang berada di Malang yaitu Universitas Muhammadiyah Malang. Walaupun sempat menganggur selama satu taun, tapi saya tidak akan lupa mengejar mimpi saya.
Itu tadi sekilas tentang saya, saya selalu membuka pintu pertemanan disetiap waktu karena saya yakin bersilaturahmi adalah jalan terbaik menuju kesuksesan untuk meraih apa yang kita cita-citakan. :)
PERTAMAXXXX GANNNNN
BalasHapus